Rabu, 18 Maret 2009

pendidikan menengah

Artikel 1.

Workshop Pengembangan Jaringan Kerja
Pembinaan Olimpiade dan Lomba-Lomba Keilmuan

14 November 2008

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas pada bulan November, tepatnya 9 – 12 November 2008 mengadakan Workshop Pengembangan Jaringan Kerja Pembinaan Olimpiade dan Lomba-Lomba Keilmuan di Hotel Saphir, Yogyakarta. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti oleh peserta yang berasal dari unsur Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan Provinsi dari seluruh Indonesia. Dalam kegiatan ini dibahas mengenai mekanisme dan pedoman pengembangan jaringan kerjasama dalam rangka meningkatkan pembinaan olimpiade sains serta lomba-lomba di bidang keilmuan.

Workshop Pengembangan Jaringan Kerja Pembinaan Olimpiade dan Lomba-Lomba Keilmuan bertujuan untuk menciptakan Forum Jaringan Kerja Pengembangan Pembinaan Olimpiade dan Lomba-Lomba Keilmuan (FJKPOLK) dalam penyebarluasan informasi mengenai olimpiade sains – matematika dan lomba-lomba keilmuan lainnya seperti LPIR, Debat Bahasa Inggris, FLS2N, O2SN. Forum jaringan kerjasama antara sekolah, dinas pendidikan, dan perguruan tinggi ini akan beranggotakan tim pembina bidang ilmu yang diperlombakan bekerja sama dengan Direktorat Pembinaan SMA, Perguruan Tinggi, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dan MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah).

Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Dr. Sungkowo M dalam sambutan pembukaannya di Hotel Saphir menyampaikan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas memfokuskan pendidikan pada peningkatan dan pemerataan mutu. Dalam renstra pendidikan, diatur rasio siswa SMA 30 % dan SMK 70% pada tahun 2015 nanti. Sedangkan target renstra pada tahun 2014 yang harus dicapai yakni, 75 % lulusan SMA harus bisa masuk ke perguruan tinggi melalui cara-cara antara lain penjaminan mutu dari lembaga-lembaga seperti LPMP dan perguruan tinggi. Ada dua hal yang menjadi sumber peningkatan mutu pendidikan khususnya SMA, yaitu peningkatan mutu fisik dan kualitas. Kondisi fasilitas dan sumber daya manusia dalam pendidikan harus seimbang.

Dr. Sungkowo mengharapkan, melalui forum ini agar seluruh stakeholder pendidikan yang terlibat memiliki wawasan dan persepsi yang sama untuk dapat bekerja sama dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan olimpiade sains – matematika dan lomba-lomba keilmuan lainnya di seluruh Indonesia yang dimulai dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi, nasional sampai ke tingkat internasional. “Dalam memberikan pembinaan olimpiade, tidak semua anak langsung kita bina, mungkin dilakukan dulu tes bakat skolastik atau tes IQ untuk mencari anak-anak yang memiliki IQ tinggi. Baru kemudian dibuktikan dengan tes skolastiknya atau melalui semacam pembinaan khusus di sekolah. Setelah bisa tersaring sampai dengan tingkat kabupaten, baru kemudian kita treatment menuju ke tingkat nasional,” jelas Dr. Sungkowo.

Menurut Dr. Sungkowo, tiga hal yang diinginkan dari kegiatan ini yakni terstrukturnya pembinaan di daerah melalui kemitraan terhadap sekolah dengan perguruan tinggi, memeratakan mutu-mutu ilmu dasar, dan pemerataan mutu SMA secara keseluruhan ini. “Agar seluruh stakeholder pendidikan dapat berperan dan melaksanakan tugas dengan baik sesuai fungsinya seperti apa yang kita cita-citakan, sehingga ke depan akan terbentuk sebuah strategi dan metode yang disusun secara bersama demi kemajuan anak didik kita. Tentunya akan terjalin hubungan yang harmonis antara dinas pendidikan provinsi dan perguruan tinggi di tiap daerah,” pesan Dr.Sungkowo.

Drs. Muchlis Catio selaku Kasubdit Kesiswaan mengatakan, program-program kesiswaan harusnya sudah dimasukkan dalam APBD sesuai dengan otomoni dan kewenangan dari masing-masing daerah. Ada beberapa provinsi yang sudah menyiapkan pembinaan siswa-siswanya oleh perguruan tinggi yang ada di provinsi. Semoga semua provinsi bisa melakukan hal-hal yang serupa, apalagi di tiap-tiap provinsi sudah adanya dana anggaran pendidikan 20% baik itu dari APBD ataupun ABPN.

Muchlis mengharapkan, kerja sama ini dapat membantu dinas provinsi dalam mempersiapkan siswa-siswanya mengikuti olimpiade sains dan lomba-lomba keilmuan lainnya. Dinas pendidikan mempunyai kewajiban penuh terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan di daerahnya. Siswa berprestasi menjadi suatu indikator bahwa suatu provinsi itu memiliki mutu yang baik. Kerjasama secara bersinergi dan tepadu wajib dilakukan dalam situasi otonomi daerah sekarang ini.

Pembinaan Olimpiade Provinsi Unggul
Dalam acara sharing pengalaman pembinaan OSN, provinsi-provinsi unggul dalam perolehan medali seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali dan Jawa Tengah berbagi pengalamannya kepada peserta workshop dari daerah lain dalam usaha mempersiapkan siswa-siswanya mengikuti olimpiade sains dan lomba-lomba di bidang keilmuan lainnya. Kabid Dikmen Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, M. Sudaryanta mengatakan, kerjasama jaringan antara Dinas Pendidikan dan Perguruan Tinggi di provinsi DIY sudah berjalan cukup lama dan harmonis. Dinas Pendidikan selalu bekerja sama dengan Perguruan Tinggi yang ada di Yogyakarta seperti UGM, UNY, UII. Keharmonisasian itu dapat berjalan lancar tentunya ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai. Pelaksanaan olimpiade di DIY sebagian pendukung dana hampir 80% berasal dari APBD provinsi dan 20% dari APBN.

Melalui sharing anggaran ini, menurut M. Sudaryanta, mencerminkan sifat yang terbuka dan saling percaya dalam menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi yang membimbing siswa. Selain itu, provinsi DIY juga memberikan penghargaan bagi pemenang di bidang lomba apa pun dan di semua jenjang. Penghargaan ini langsung diberikan oleh gubernur di akhir tahun. Selain menerima penghargaan, siswa peraih medali olimpiade juga dapat melanjutkan studi di UGM tanpa tes, diberikan prioritas dan beasiswa terutama bagi yang jurusannya sama dengan bidang olimpiade yang diikuti. “Jika prestasi S1 baik, maka siswa tersebut akan dibiayai lagi sampai dengan S2 hingga S3. Melalui mekanisme seperti ini, Alhamdulilah minat dan prestasi siswa-siswi yang mengikuti olimpiade terus meningkat setiap tahunnya,” ujar Sudaryanta.

Sementara itu, peningkatan mutu pendidikan melalui lomba-lomba olimpiade dan keilmuan di provinsi Bali, mengacu pada keadaan dan kondisi provinsi Bali yang terdiri dari delapan kabupaten,dan satu kota. Ini sangat berpengaruh pada penjaringan dan identifikasi terhadap penelusuran bakat dan minat siswa. Provinsi Bali menganut paradigma dan pola pikir pembinaan bahwa input dan proses yang berkualitas akan menghasilkan output yang berkualitas pula. Input yang dimaksud adalah dengan mengidentifikasi dan meneliti siswa yang memiliki potensi dan kecerdasan melalui tes akademik atau tes bakat dan minat siswa untuk kemudian dikelompokkan sesuai dengan bakat dan minatnya. Siswa kemudian dibina oleh guru mata pelajaran bekerja sama dengan perguruan tinggi. “Sekolah yang didukung dengan dana besar oleh komite, akan mencari pembina sampai keluar Bali. Seluruh instrument input seperti silabus, fasilitas, pembina, biaya, sepenuhnya ditanggung oleh sekolah. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa sekolah di provinsi Bali, sehingga dari tahun ke tahun selalu sekolah-sekolah yang seperti inilah memperoleh prestasi mulai dari kabupaten sampai ke tingkat internasional. Oleh karena itu dalam pelaksanaan olimpiade dan lomba keilmuan lainnya, inilah yang kami pergunakan sebagai patokan.” Jelas Drs. I G N Widiartha M.Sc, selaku Kabid Dikmen Dinas Pendidikan Provinsi Bali.

“Kami membina anak-anak sebanyak 30 orang per bidang lomba untuk kemudian dilatih di sekolah yang kuat dalam bidangnya. Seperti di SMAN 4 Denpasar, SMAN 1 Denpasar dan seterusnya. Siswa kemudian mengikuti seleksi di tingkat kabupaten dan provinsi. Sebelum seleksi di tingkat provinsi dilakukan pembinaan yang melibatkan perguruan tinggi seperti dari F-MIPA Universitas Udaya, Bali.” Tambah Widiartha.

Tak berbeda jauh dengan provinsi lainnya, Jawa Tengah yang sudah empat kali menjadi juara umum dalam OSN, melakukan mekanisme pembinaan dan seleksi yang sudah ditentukan oleh pusat, mulai dari tingkat kabupaten/kota sampai provinsi. Seleksi di tingkat provinsi melibatkan perguruan tinggi dari UNDIP dan beberapa universitas swasta lainnya. Pola pembinaan yang dilakukan hampir merata di tiap wilayah. Kasi Sarana Prasarana Pendidikan Menengah Provinsi Jawa Tengah, Drs. Teguh Winarno mengatakan, peraih medali dalam OSN dari provinsi Jawa Tengah tersebar di 35 kabupaten kota. Ini artinya dalam konteks makro, mampu memberikan penyebaran yang cukup merata. Siswa-siswa hasil seleksi di tingkat kabupaten kemudian berkumpul di provinsi untuk mengikuti tes IQ bekerja sama dengan lembaga professional. Selanjutnya dipilih siswa yang memiliki IQ di atas 130 untuk disiapkan berjuang dalam olimpiade di tingkat nasional

Reward dan penghargaan yang diberikan kepada siswa-siswa berprestasi dapat memotivasi siswa dan sekolah lain dalam meningkatkan prestasi. Hal inilah yang dilakukan provinsi Jawa Tengah. Setiap akhir tahun para juara-juara olimpiade dan juara bidang lainnya selalu dipertemukan dengan gubernur dalam ceremonial khusus. Siswa diberikan beasiswa langsung oleh gubernur dan hadiah-hadiah lainnya.

Demi pemerataan pendidikan di seluruh nusantara, baik DIY, Bali, maupun Jateng mengharapkan agar jaringan ini dapat terus berjalan sebagai bentuk indikator kerjasama antara perguruan tinggi dengan dinas provinsi. Tentunya forum ini tidak hanya tertuju pada olimpiade sains saja, dan tetapi juga meningkat pada program-program yang lain.

Pembinaan Olimpiade Untuk Hasil Terbaik
Pembina TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia) Dr. Kamsul Abraha dalam materinya tentang pedoman pengembangan jaringan kerja pembinaan olimpiade mengatakan, rata-rata siswa yang lolos sampai ke tahap pembinaan nasional berasal dari sekolah-sekolah swasta atau sekolah-sekolah yang sudah memiliki tradisi pembinaan olimpiade yang matang. “Andaikan setiap daerah seperti ini, maka persaingan pun akan semakin lebih kompetitif, sehingga nantinya wakil Indonesia ke ajang internasional adalah yang terbaik,” ujar Kamsul.

Menurut Kamsul permasalahannya adalah, banyak daerah-daerah yang belum mempercayai perguruan tinggi setempat. Beberapa provinsi bahkan lebih mempercayai perguruan tinggi – perguruan tinggi favorit saja. Hal ini disebabkan karena perguruan tinggi setempat kurang bertanggungjawab jika diberikan tugas dalam pembinaan olimpiade, dibandingkan perguruan tinggi yang difavoritkan. Selain itu, beberapa perguruan tinggi di daerah tidak sepenuhnya menguasai materi olimpiade yang diberikan pada siswa.

Untuk itu, Kata Kamsul, salah satu tujuan dari jaringan ini adalah meningkatkan kapasitas perguruan tinggi daerah paling tidak mendekati apa yang sebenarnya diinginkan dalam metode pembinaan olimpiade sains itu sendiri. Dalam setiap pembinaan olimpiade, ada dua hal yang harus diperhatikan oleh Pembina, yaitu kompetisi murni dan strategi secara mental. “Anak-anak itu sebetulnya perlu semangat, dorongan, dan arahan agar mereka tau bahwa olimpiade yang dibutuhkan hanyalah terus belajar, belajar, dan belajar. Kita terus memberikan pembinaan yang maksimal, dengan tetap menyeimbangi batas kemampuan mereka. Selain itu, pembina harus memiliki sikap sebagai teman bagi anak-anak. Jangan memiliki sikap seolah-olah ingin mengajarkan mereka. Jadikan mereka bersikap kritis dan rajin bertanya, karena yang kita perlukan mereka tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosional.” Papar Dosen Fisika UGM itu.

Pembina Tim Biologi dari Institut Teknologi Bandung, Dr. Agus Dana Permana menambahkan, program pembinaan haruslah bertahap dan berkesinambungan, sehingga dengan adanya kegiatan ini akan ada suatu keinginan untuk menyamakan persepsi dalam membuat tahap-tahap yang jelas dan tertangani dengan baik sejak seleksi sekolah sampai ke tahap internasional. Sebagai forum jaringan kerja, nantinya akan dirincikan rumusan atau bentuk partisipasi aktif dari berbagai macam tingkatan, mulai dari kabupaten sampai internasional. Jaringan kerja ini dapat dijadikan suatu alat dalam rangka memberikan pembekalan kepada para siswa dan guru. Bukan hanya sekedar dalam rangka olimpiade, tetapi juga dalam rangka meningkatkan pengetahuan kapasitas wawasan mereka dalam hal bidang studi yang mereka bertanggungjawab di dalamnya. (rinda)

Artikel 2.

Profil Pemuda Berprestasi 2008

02 November 2008

Adam Badra Cahaya
Prestasi Untuk Bangsa

Perolehan dua medali emas sepanjang tahun 2008 yang diraihnya dari Asian Physics Olimpiad (APhO) ke-9 di Ulaanbaatar dan International Physics Olympiad (IPhO) di Hanoi, Vietnam, tidak membuatnya puas begitu saja. Anas masih ingin terus menyumbangkan baktinya bagi negara dan bangsa yang dicintainya. "Saya jadi ingat kalimat Presiden John F Kennedy, berikan apa yang ada padamu untuk bangsamu, bukan bangsamu yang memberikan buatmu. Ini mungkin yang harus direnungkan oleh pemuda Indonesia saat ini," kata Siswa SMAN 1 Jember ini yang ingin melanjutkan studinya di Nanyang University Singapura. Putra pasangan Parwoto dan Sulistiyani ini mengaku suka fisika sejak duduk di kelas II SMA. Alasannya, karena fisika lebih menantang.

Andreas Dwi Maryanto Gunawan
Target Perunggu, Dapat Perak

Siswa SMAK Kolese Santo Yusup Malang ini, berhasil merebut medali perak dalam International Mathematica Olympiad (IMO) 2008 yang diselenggarakan di negara Matador, Spanyol. “Sebenarnya saya hanya target HM atau perunggu saja. Tapi ternyata bisa dapat perak,” ungkap Andreas bangga. Awal kegilaan Andreas pada matematika dipengaruhi aktivitasnya sehari-hari yang selalu meluangkan waktu untuk mengutak-utik materi soal matematika. Kesukaannya adalah bermain-main dengan rumus. Saking cintanya pada matematika, Andreas selalu langganan mendapat nilai 10 sejak SD hingga duduk di bangku SMA.

Kelvin Anggara
Sang Pemecah Telur

Kelvin dinobatkan sebagai ‘pemecah telur’ dalam olimpiade bidang kimia. Siswa asal SMAS Sutomo 1 Medan ini adalah siswa pertama yang berhasil meraih emas dalam ajang International Chemistry Olympiad (IChO) 2008 di Budapest, Hungaria, selama 11 tahun keikutsertaan Indonesia dalam IChO. “Wah, rasanya senang banget bisa mengharumkan Indonesia di level Internasional, apalagi ini emas pertama.” Ujar Kevin. Kelvin yang kini tengah menyelesaikan studinya di NUS (Nanyang University of Singapura), sangat bercita-cita menjadi scientist dan peraih Nobel Kimia.

Irvan Jahja
Jagoan Informatika

Peraih medali emas dalam ajang Asian Pasific Informatisc Olympiad (APIO) dan International Olympiad in Informarics (IOI) 2008 ini memang jagonya di bidang informatika. Kegemarann belajar programming sudah dilakoninya sejak duduk di bangku SMP. Maka tak heran, jika Siswa SMAS St. Aloysius Bandung ini bisa mencapai prestasi itu. Rajin berlatih soal dan banyak membaca buku menjadi kunci utama kesuksesannya.

Lorenz Da Silva
Emas Istimewa

Pemilik nama lengkap Lorenz Van Gugelberg Da Silva kembali meraih emas dalam kompetisi IOAA (International Olympiad on Astronomy and Astrophysics) 2008 di Bandung, Indonesia. Medali yang sama juga diraih Lorenz pada IOAA 2007 di Chiang Mai, Thailand . "Ini adalah emas istimewa buat saya, karena kesempatan terakhir bisa berkompetisi dalam olimpiade sains," kata lulusan SMAS Semestas Semarang itu. Pemuda asal NTT kelahiran Sukoharjo ini, tengah konsentrasi menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB). "Meski masuk jurusan elektro, tapi saya tetap akan menekuni astronomi, karena salah satu ilmu yang saya senangi," kata Lorenz lagi.

Anugerah Erlaut
Target Emas

Siswa SMAS Kharisma Bangsa Tangerang ini berhasil meraih perak dalam International Biology Olympiad (IBO) ke-19 yang berlangsung di Mumbai, India. Cowok kelahiran 6 September 1991 ini mengaku belum puas dengan medali yang diperolehnya, karena itu pada IBO 2009 nanti Ia memasang target untuk dapat emas. Agi, begitu Ia akrab disapa dengan teman-temannya, kini tengah mempersiapkan diri dengan mengikuti proses pembinaan IBO 2009 yang diadakan di Kota Bandung, Jawa Barat. (rinda)

Artikel 3.

Sosialisasi Pembinaan Kesiswaan 2008
Pengembangan Potensi Siswa Melalui Pembinaan Kesiswaan

03 November 2008

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Sub Direktorat Kegiatan Kesiswaan mengadakan Sosialisasi Pembinaan Kesiswaan di 33 Provinsi Indonesia, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Kamis (30/10), kegiatan Sosialisasi Pembinaan Kesiswaan dipusatkan di Kota Kembang, Bandung. Tepatnya di Aula Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Dalam kegiatan ini, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengundang 80 pengurus OSIS dan guru pembina yang berasal dari beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Antara lain Tasikmalaya, Cirebon, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Banjarsari, Cimahi dan lain-lain.

Acara diawali dengan informasi Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) oleh Prof. Dr. M. Ansjar, Guru Besar Luar Biasa Departemen Matematika, Institut Teknologi Bandung (ITB). Para peserta tampak serius mengikuti ulasan yang diberikan Prof. Dr. M. Ansjar mengenai LPIR. Beberapa diantaranya juga banyak yang melontarkan pertanyaan seputar kiat-kiat agar siswa termotivasi untuk melakukan penelitian ilmiah, dan sebagainya. Selain diskusi dan tanya jawab mengenai topik yang dibahas, juga diadakan session games untuk menguji kecerdasan dan ketangkasan siswa.

Drs. Eddy Purwanto selaku Koordinator dan nara sumber dari Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas memaparkan bahwa Kegiatan Sosialisasi Pembinaan Kesiswaan ini dilakukan dalam rangka menyebarkan informasi tentang kegiatan-kegiatan kesiswaan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, serta rencana kegiatan kesiswaan tahun 2009. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain LPIR (Lomba Penelitian Ilmiah Remaja), OSN (Olimpiade Sains Nasional), FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional), O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional), Debat Bahasa Inggris, SYC (Sunburst Youth Camp) dan ASE (ASEAN Student Exchange). Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa dapat mengikuti berbagai kompetisi yang diadakan sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing, dan tentunya dapat mengukir prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.

Lebih lanjut Eddy mengatakan, tujuan pembinaan kesiswaan ini adalah untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreatifitas. Melalui pembinaan kesiswaan juga diharapkan siswa dapat memantapkan kepribadiannya untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (Wawasan Wiyatamandala), sehingga siswa dapat terhindar dari pengaruh negatif yang bertentangan dengan tujuan pendidikan.

Kegiatan Sosialisasi Pembinaan Kesiswaan ditutup oleh Kasubdin Dikmen Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Drs. H. Syarif Hidayat, M.Pd. Menurutnya, acara seperti ini sangatlah penting. Banyak hal yang dapat disampaikan ke seluruh sekolah, khususnya di Provinsi Jawa Barat mengenai informasi-informasi yang di dapat melalui kegiatan sosialisasi ini. Mudah-mudahan ke depan kegiatan pembinaan kesiswaan dapat ditingkatkan lagi di semua jenjang dan sekolah baik negeri maupun swasta. Tidak hanya terbatas pada sekolah-sekolah yang bisa dijangkau saja melainkan juga hingga ke pelosok-pelosok daerah.

Syarif Hidayat menambahkan, kegiatan-kegiatan kesiswaan sudah berjalan cukup aktif di provinsi Jawa Barat. Mulai dari kabupaten/kota sampai provinsi, sudah melakukan pola-pola pembinaan terstruktur bagi siswa-siswi yang akan mengikuti lomba. Oleh karenanya, pelajar Jawa Barat banyak yang sudah mengukir prestasi dalam ajang olimpiade sains baik di tingkat nasional maupun internasional. Sama halnya pembinaan yang kita lakukan dalam bidang olahraga dan seni. “Untuk persiapan tahun 2009 nanti, kami akan mencoba melakukan seleksi yang lebih baik dan lebih terorganisir mulai dari tingkat sekolah hingga provinsi, khususnya untuk tiga ajang kompetisi ini (OSN, O2SN, FLS2N),” ujarnya.

Para siswa peserta kegiatan sosialisasi pembinaan kesiswaan mengaku banyak memetik manfaat dari kegiatan yang hanya berlangsung satu hari itu. Hal tersebut diungkapkan saat diwawancarai oleh tim potensi. “Banyak informasi yang saya dapat dari acara ini, seperti kegiatan-kegiatan kesiswaan yang sebelumnya tidak saya ketahui. Kegiatan seperti ini harus sering-sering diadakan, karena dapat meningkatkan kreativitas siswa menjadi lebih baik lagi, khususnya bagi pengurus-pengurus OSIS.” Ujar Wedy, siswa SMAN 5 Cirebon.

Menurut Meita, siswi SMAN 1 Sumedang, waktu yang dibutuhkan siswa untuk lebih memahami tentang informasi-informasi pembinaan kesiswaan masih sangat kurang, tidak cukup hanya satu hari. Selain itu menurut Fadhil Irawan, siswa SMAN 1 Sukaresmi Cianjur, informasi yang disampaikan juga harus lebih merata, tidak hanya ke sekolah-sekolah yang mudah di jangkau saja, tetapi juga sampai ke sekolah-sekolah di pelosok Jawa Barat.

“Informasi yang disampaikan haruslah dari nara sumber yang berkompeten di bidangnya. Kalau perlu siswa-siswa yang sudah sukses berprestasi sampai ke tingkat internasional juga dihadirkan untuk sharing dengan kita mengenai kiat-kiat mereka menjadi juara. Ini dapat membangun motivasi siswa agar lebih giat lagi belajar,” tambah Aditya siswa asal SMAN 2 Tasikmalaya.

Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan Kota Bandung, Dedy Dharmawan S.Pd pada kesempatan yang sama mengatakan, pembinaan dan pengembangan generasi muda saat ini harus diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional. Pengarahan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, idelaisme, kepribadian dan budi pekerti luhur. Oleh karena itu pembangunan wadah pembinaan generasi muda di lingkungan sekolah yang diterapkan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) perlu ditata secara terarah dan teratur, agar tidak tercampur dengan kegiatan-kegiatan yang diserap dari dunia luar yang dapat membawa dampak negatif bagi siswa.

Pembinaan kesiswaan terarah adalah pembinaan yang berdasarkan pada nilai-nilai moral dan etika yang dapat melahirkan sikap disiplin dan bertanggungjawab dalam diri siswa, seperti pramuka, palang merah remaja, paskibra, dan sebagainya. Sudah seharusnya pembinaan kesiswaan yang mengarah pada prilaku menyimpang mulai ditelaah kembali keberadaannya, seperti band, cheersleader, dan sejenisnya. “Pernah kejadian di salah satu sekolah di Kota Bandung ini, seorang siswi yang sedang melakukan aksi chears-nya mengalami kecelakaan, dan ini terjadi di depan kepala sekolahnya sendiri. Nah, hal-hal seperti itu kan menjadi naif akhirnya. Untuk itu, saya terus berusaha untuk mentradisi pembinaan kesiswaan yang mengarah pada perwujudan moral dan etika siswa menjadi lebih baik.” Ungkap Dedy.

Prof. Dr. M. Ansjar
“Pentingnya Peranan Guru Dalam Menumbuhkan Minat Meneliti”


Dalam penyajian Lomba Penelitian Ilmiah Remaja LPIR kepada para siswa, Prof. Dr. M. Ansjar menyampaikan bahwa tujuan diadakannya Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) antara lain adalah untuk menumbuhkan dan memupuk sikap keilmuan di kalangan para remaja, sehingga diharapkan kelak para remaja akan menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas baik secara ilmu maupun attitude (sikap). Seseorang yang memiliki sikap keilmuan selalu memberi perhatian, memiliki rasa ingin tahu, selalu bertanya dan mempertanyakan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya, serta gigih mencari informasi tentang sesuatu hal. ”Nah, untuk menjadi seperti ini tentunya siswa tidak melakukannya sendiri. Ada guru yang mendampingi dan memotivasi siswa tersebut menjadi siswa yang cerdas secara ilmu maupun sikap,” ujar Prof. Dr. M. Ansjar.

Bantuan guru sangat diharapkan dalam membina dan membimbing siswa melakukan penelitian ilmiah. Usaha guru menumbuhkan minat meneliti dalam diri siswa sangat dibutuhkan untuk membudayakan penelitian di kalangan remaja. Mengajar bukan hanya sekedar memberikan informasi kepada siswa, melainkan membuat dan membantu agar siswa itu mau belajar. Sering-seringlah memberikan apresiasi terhadap siswa. “Kalaupun ada yang salah, jangan langsung dipatahkan. Akui saja yang dilakukannya sudah bagus, hanya saja belum sempurna, dan tugas guru untuk membantu siswa tersebut menuju proses kesempurnaannya. Biarkan siswa berekspresi sesuai kata hatinya dalam melakukan penelitian. Jangan paksakan siswa seperti apa yang kita mau,” ungkap Prof. Dr. M. Ansjar.

Siswa juga dituntut lebih aktif bertanya dan mencari informasi-informasi dari sumber-sumber yang lain. Tidak hanya menunggu perhatian dan motivasi dari guru saja. Dengan adanya lomba LPIR ini, tim juri sangat mengharapkan agar siswa lebih berani dalam mengungkapkan isi penelitiannya secara spontan dengan bahasa yang baik dan susunan yang teratur. Dalam merumuskan dan meluruskan suatu masalah, siswa harus melakukannya dengan cara-cara yang lazim dilakukan dalam ilmu pengetahuan, seperti melalui pengamatan, eksperimen, studi pustaka, dan sebagainya. Ceritakan apa adanya dari apa yang diteliti, tanpa ada yang ditambah-tambah dan dibuat-buat. “Mudah-mudahan di tahun-tahun mendatang akan lebih banyak lagi bibit-bibit muda berbakat yang tertarik menjadi peneliti.” Ujar Prof. M. Ansjar. (rinda)

Sosialisasi Pembinaan Kesiswaan Provinsi Bali
Berjalan Tertib dan Lancar


Bertempat di gedung pertemuan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bali (30/10) Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional mengadakan sosialisasi program pembinaan kesiswaan 2008. Sosialisasi ini berkaitan erat dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2006 tentang pembinaan prestasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan serta bakat istimewa. Tujuan dari sosialisasi ini adalah menjaring data dan masukan mengenai pembinaan kesiswaan pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Adapun maksud dari kegiatan adalah menjaring informasi yang diperlukan dari berbagai responden yang terdiri dari guru pembina kesiswaan, dan pengurus OSIS di setiap provinsi.

Kegiatan yang juga mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan dan Program Pembinaan Kesiswaan yang diluncurkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas ini, terdiri dari dua aspek, yaitu, aspek keterlaksanaan sosialisasi program pembinaan kesiswaan, dan aspek pelaksanaan sosialisasi. Setiap responden yang mengikuti kegiatan ini diberikan kuesionar yang harus diisi secara jujur dan penuh tanggung jawab.

Kuisioner yang diberikan hanya dijawab dengan Ya dan Tidak. Pada kuisioner tersebut pertanyaan diberikan seputar kegiatan kesiswaan yang berkaitan dengan pengembangan potensi siswa, kegiatan kesiswaan, kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, budi pekerti luhur atau akhlak mulia, kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara, prestasi akademik, seni, olahraga sesuai minat dan bakat, demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan kreativitas, ketrampilan dan wirausahaan, kualitas jasmani, kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi, serta sastra dan budaya.
Presentasi sosialisasi yang berlangsung sejak pukul sembilan pagi hingga dua belas siang ini, disampaikan oleh Suharlan, SH, MM, Kasi Bakat dan Prestasi Direktorat Kesiswaan. Peserta sosialisasi terdiri dari guru, Kepala Sekolah, pejabat Dinas Pendidikan Provinsi Bali, dan siswa-siswi SMA dari kota Denpasar, Bali dan sekitarnya. (fanny)

Artikel 4.

ASEAN Student Exchange Programe 2008
Persatuan dan Kesatuan Antar Negara ASEAN

18 November 2008

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional memberikan wadah bagi siswa-siswi SMA untuk memperkenalkan dan mengharumkan nama bangsa Indonesia dalam berbagai event pendidikan dan kebudayaan di tingkat internasional. Salah satunya melalui kegiatan ASEAN Students Exchange (ASE) yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 9 - 16 November 2008.

Sebelum berangkat meninggalkan Indonesia, para peserta telah melakukan berbagai macam kegiatan dalam rangka mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam program ASE. Antara lain mengikuti proses pembinaan (karantina) dan pamitan dengan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Dr. Sungkowo M. Pembinaan dilaksanakan pada tanggal 4 – 9 November oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, di Wisma Subud, Jalan RS. Fatmawati, Jakarta Selatan. Koordinator Pembinaan ASE 2008 Ni Made Rasmi menuturkan, diadakannya pembinaan ini adalah untuk membekali siswa agar dapat membawa nama baik bangsa dan negara Indonesia melalui sikap dan prilaku yang santun, berakhlak mulia, serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Indonesia.

Tujuan diadakannya program ASEAN Student Exchange (ASE) adalah untuk membuat pemuda di ASEAN siap menghadapi masa depan serta bertanggungjawab demi persatuan dan kesatuan negara-negara ASEAN. Selain itu, diharapkan pula para pemuda dapat memperkaya pengetahuannya tentang budaya. Diselenggarakannya program ASE oleh Kementrian Pendidikan Malaysia merupakan suatu usaha dari institusi pendidikan di Malaysia guna memperluas jaringan Malaysia dengan negara – negara lain, khususnya di ASEAN.

Minggu (9/11), rombongan ASE Indonesia yang didampingi oleh Drs. Hari Sugiharto berangkat menuju Kuala Lumpur menggunakan pesawat Malaysia Airlines pukul 13.10 WIB. Tim ASE Indonesia terdiri dari Tegar Wicaksono (SMAN 2 Purwokerto), Arlan Hardiyan (SMA Kharisma Bangsa), Abdul Manan Maksum (SMAN 5 Bandung), Yogi Tri Prasetyo (SMAN 1 Gresik), Faiz Allaudien Mardhika (SMAN 1 Kebumen), Anindita Rustandi (SMA Lazuardi Depok), Nofi Nurina Ramadhani (SMAN 1 Sidoarjo), Arliska Fatma Rosi (SMAN 1 Padang), Wahyu Rachmadhani (SMAN 15 Surabaya), Andira Raydhania (SMA Al Azhar BSD Serpong). Setibanya di Malaysia, rombongan langsung menuju penginapan di Pearl International Hotel.

Negara peserta ASE 2008 selain Indonesia yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Kamboja, dan Laos. Untuk saling mengakrabkan antar sesama peserta, diadakanlah berbagai macam kegiatan seperti pengenalan dan permainan (games). Dalam acara pembukaan yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan Malaysia Dato Sri Hishamudin bin Tun Hussein Onn, Siswa Indonesia asal SMAN 1 Gresik Yogi Tri Prasetyo, mendapat kehormatan untuk menyampaikan sambutan mewakili semua negara.

Peserta ASE 2008 melakukan berbagai macam kegiatan antara lain kunjungan ke tempat-tempat bersejerah di Malaysia seperti Tugu Negara di Taman Tasik Pedana dan Teratak Za’ba di Negeri Sembilan, Kampung Lonek. Tugu Negara merupakan wilayah dimana prajurit Malaysia ditempatkan dalam peperangan selama kemerdekaan. Sedangkan Teratak Za’ba adalah peninggalan bersejarah seseorang yang berkescimpung di dunia pendidikan dan jurnalisme di Malaysia. Tentunya tak ketinggalan, kunjungan ke Petrosains (Twin Tower) yang menjadi icon Negeri Jiran. Selain mengunjungi tempat - tempat bersejarah, peserta juga mengelilingi kawasan bisnis dan perkantoran di beberapa wilayah di Malaysia dengan menyusuri sungai menggunakan kapal kecil. Tak berbeda jauh seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Indonesia, cerita Yogi, di Malaysia Ia dan teman-temannya juga mengunjungi Taman Mini Malaysia dan Negara-negara ASEAN di Malaka. “ Disana kami melihat rumah adat dari 13 negeri di Malaysia,” kata Yogi.

Setelah mengunjungi beberapa tempat sejarah, eserta ASE yang berjumlah 49 orang melanjutkan perjalanan ke Negeri Sembilan, Kampung Lonek untuk melakukan homestay. Di tempat ini peserta tinggal dan menetap bersama keluarga angkat mereka di rumah yang berbeda - beda. Peserta melakukan berbagai macam kegiatan yang sehari-harinya dilakukan oleh keluarga angkat mereka, seperti berkebun, mencari ikan, demo masak menu Melayu, dan memainkan permainan tradisional Malaysia. Dalam acara penutupan yang digelar pada tanggal 15 November, tim Indonesia membawakan tari Sirih Kuning dari Jakarta dan tari Bajidor Kahot dari Jawa Barat. Usai mengikuti serangkaian acara, keesokan harinya tepatnya 16 November 2008, tim Indonesia bertolak dari Malaysia menuju Tanah Air. (rinda)

Artikel 5.

Form Evaluasi Diri
Rintisan SMA Bertaraf Internasional

03 March 2009

Merujuk surat Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas nomor 981/C.4/MN/2008 tanggal 9 September 2008 mengenai pengajuan proposal sekolah calon rintisan SMA Bertaraf Internasional, Direktorat Pembinaan SMA akan melaksanakan verifikasi terhadap 146 sekolah calon pelaksana program Rintisan SMA Bertaraf Internasional yang telah lolos seleksi proposal dari 248 proposal yang masuk pada tanggal 5-15 Maret 2009, dengan jadwal sebagai berikut:

1.
Tanggal 5-7 Maret 2009 untuk Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten.
2. Tanggal 10-12 Maret 2009 untuk Provinsi Jawa Timur dan Bali.
3.
Tanggal 13-15 Maret 2009 untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Papua, Bengkulu, Gorontalo, dan Kepulauan Riau.

Untuk calon penyelenggara program Rintisan SMA Bertaraf Internasional yang akan diverifikasi terlebih dahulu harus mengisi form Evaluasi Diri yang telah dikirim bersamaan dengan surat pemberitahuan dari Direktorat Pembinaan SMA. Jika sekolah belum menerima surat pemberitahuan tersebut, sekolah dapat mendownload file form Evaluasi Diri pada situs ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar